29 Nov 2012

Alasan Kenapa Anda Harus Menerbitkan Dengan Sistem Self Publishing?


Alasan Kenapa Anda Harus Menerbitkan Dengan Sistem Self Publishing?

Pertama, kamu tidak perlu menyakinkan siapapun kecuali diri anda sendiri, bahwa karya anda harus diterbitkan. Penilaian apakah layak atau tidak karya anda terbit tidak terlalu sulit, anda hanya butuh percaya diri saja. Dalam self publishing pengontrol total bukan orang lain tapi diri kamu sendiri.

Kedua: Jika karyamu udah terbit, kamulah yang menciptakan permintaan atas karyamu, dan akan mendapatkan lebih banyak royalti / uang daripada naskah kamu diserahkan ke penerbit lain. Jika di penerbit mayor anda hanya akan mendapatkan maksimal 10% royalti, di self publishing anda bisa mendapatkan 65% dari hasil keuntungan buku terjual. Kemudian jika track record buku kamu bagus, bisa ditawarkan ke penerbit besar dan kamu sudah punya daya tawar yang lebih atas karya anda.

Ketiga: Kamu tidak perlu menunggu berbulan-bulan buku anda terbit seperti halnya penerbit mayor. Cukup waktu 1-2 minggu, kamu sudah bisa melihat karya anda terbit dalam bentuk cetakan

Keempat: Kamu bisa pasarkan sendiri bukumu di media online baik pakai jejaring sosial, blog, menitipkan display di toko buku online yang telah ada, atau bisa pakai jaringan komunitasmu.

Kelima: kamu bisa bersosialisasi atas ide dan gagasanmu yang telah berbentuk buku ke teman-temanmu, komunitas yang kamu miliki atau dengan siapapun, pastinya dengan harga yang bisa disesuaikan, format sesuai keinginan dan dengan kualitas tak kalah dengan hasil buku mayor. Selain itu dengan mempublishkan karyamu itu, bisa menjadi kebanggan buat keluargamu, anak-anakmu dan ahli warismu kelak.

27 Nov 2012

Upload Gratis + 1 Sample Terbitan


Ketentuan Program Promo Upload Gratis + Sampel 1 Buku

  1. Buku adalah karya sendiri dan belum pernah di publikasikan ke pihak lain
  2. Tema buku tidak ada batasan, bisa novel, sastra, puisi, biografi, sosial, politik, budaya, agama, motivasi, psikologi, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya
  3. Naskah tidak mengandung unsur sara, ras dan penistaan agama atau melanggar hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia
  4. Boleh mengirimkan lebih dari 1 (satu) judul
  5. File naskah harus sesuai dengan template yang kami sediakan, link download http://diandracreative.com/index.php?page=publish&mode=download_template
  6. Cover yang membuat adalah penulis, untuk template bisa di download di http://diandracreative.com/index.php?page=publish&mode=download_template
  7. Jumlah halaman isi maksimal 100 dengan ukuran template isi yang kami sediakan, jika ada tambahan halaman akan dikenakan biaya tambahan 150,- per halaman cetak
  8. File cover di export dalam bentuk JPEG dengan resolusi 200 dpi, atau bisa bentuk file corel draw (*.cdr) dengan teks tulisan sudah di convert, agar tidak terjadi missing font
  9. Program ini berlaku dari tanggal 15 November - 31 Desember 2012, lebih tanggal itu untuk Paket Gratis tidak mendapatkan sample satu buku
 Kewajiban PengUpload Buku / Penulis
  1. Menfolow twitter Diandra Creative @bikinbuku
  2. MenLike halaman Facebook kami dengan nama DiandraCreative Self Publishing
  3. Ikut serta mempromosikan bukunya di account social networknya masing-masing, bisa lewat twitter, facebook, blog dan lain-lainnya
  4. Untuk Mention promosi via twetter #bikinbuku
  5. Melakukan promosi dalam bentuk lain atas karya yang di upload, karena laku tidak buku juga tergantung peran aktif penulis dalam mempromokan karyanya.
  6. Harga ke konsumen adalah hak penulis, namun kami ada batas bawah untuk penentuan harga, bisa diliat di kalkutor di situs kami saat upload naskah
  7. Biaya kirim sampel buku ditanggung penulis, estimasi biayanya bisa diliat di situs JNE / Pos Indonesia
Hak Penulis:
  1. Mendapatkan sampel 1 (satu) eksemplar gratis
  2. Mendapatkan bagi hasil dari keuntungan penjualan dengan prosentase 65% untuk penulis dan 35% untuk Diandra Creative
  3. Akumulasi royalty akan kami bayarkan tiap 4 bulan sekali
Kewajiban Diandra Creative
  1. Mempublish karya anda pada situs www.diandracreative.com dan situs ecommerce milik Diandra Group serta rekanan
  2. Memprosikan buku via social network, blog dan media lain
  3. Mengirimkan sampel terbitan 1 (satu) esemplar ke penulis, dengan syarat penulis sudah mengirimkan biaya kirim dan biaya tambah halaman (jika melebihi 100 halaman) ke kami
  4. Membayarkan royalty ke penulis tiap 3 bulan sekali, dalam hal ini dimulai bulan Maret, Juni, September, Desember

26 Nov 2012

POD: Semua Berhak Menjadi Penulis

Setiap warga kini berhak menjadi penulis dan menerbitkan bukunya sendiri. Sesuka-sukanya. Beberapa langkah lagi ke depan kita sudah tak mendengar lagi keluhan banyak orang bagaimana sulitnya membawa buku ke penerbit dan menunggu sekian lama untuk bisa melihat sosok “anak ruhani” itu. Teknologi percetakan telah membuka gerbang perayaan itu.
Teknik cetak “Print On Demand” (POD)—sebuah inovasi teknologi cetak digital (digital printing)—menenggang kita dari kutukan bahwa mencetak buku itu sulit. Disebut on demand karena hanya mencetak sesuai jumlah yang diminta. Mau cetak 100 eksemplar? Bisa. Cetak 50? Oke. Cetak 10? Tak masalah. Cetak sebiji? Siapa takut. Berapa pun jumlah cetakannya akan dilayani.
“Print On Demand” ini pertama kali didemonstrasikan perusahaan ingram/lighting print inc. pada pameran buku di Amerika sekira Juni 1998. Ingram menginduki anak perusahaan yang salah satunya adalah ingram book group yang ada di La Vergne, Tennessee. Anak perusahaan ini kemudian menjadi distributor terbesar untuk printer dan buku-buku on demand di Amerika. Mereka telah melayani lima ribu penerbit yang tersebar di seluruh dunia dan sudah mencetak lebih dari 41 ribu buku. (Widjanarko, 2001)
POD muncul awalnya hanya digunakan untuk mencetak poster dalam format besar dan jumlah sedikit. Ini tak bisa dilakukan dengan menggunakan mesin printer biasa yang lebar kertasnya terbatas. Namun lama-kelamaan beberapa perpustakaan universitas di Amerika mulai menggunakan POD untuk memperbarui beberapa koleksi buku tua yang mulai uzur. Buku-buku itu difoto kemudian dicetak. Sebelumnya, mereka sangat kesulitan untuk meregenerasi koleksi-koleksi itu. Keberadaan POD sangat membantu karena memungkinkan untuk mencetak dalam jumlah kecil sesuai kebutuhan.
Dengan sistem POD ini, proses cetak menjadi lebih mudah dan praktis. Jika dengan sistem cetak konvensional ada serangkaian ritual yang mesti dilalui naskah sebelum dicetak, dengan POD semua itu tak diperlukan lagi.
Tak usah memotret naskah halaman demi halaman, mengeplatnya pada baja/besi, lalu mencetaknya lembar demi lembar. Jalur rumit itu terpangkas habis dengan POD. Cukup siapkan saja naskah yang sudah tertata halaman dan ukuran kertasnya. Kemudian simpan dalam format PDF. Lalu cetak dengan bantuan komputer dan printer kualitas tinggi. Beri sampul, jilid, jadi. Sangat praktis dan efisien. Hemat biaya produksi dan hemat waktu pengerjaan.
Keuntungan lain dari POD adalah jika ada kesalahan yang baru diketahui di detik-detik terakhir, tak perlu risau, karena masih bisa diperbaiki tanpa biaya apa pun. Hal seperti ini jika dilakukan pada sistem cetak konvensional akan cukup menyulitkan. Karena sedikit saja perubahan berarti harus melakukan foto ulang dan membuat plat cetak baru. Itu berarti mengulur waktu dan menambah biaya produksi.
Dengan POD, biaya produksi bisa ditekan semurah mungkin. Di Percetakan Kanisius Jogja, misalnya, harga yang ditawarkan 20 ribu untuk 200 halaman. Angka ini terhitung murah untuk produksi dalam jumlah tiras kecil. Coba bandingkan dengan ketika Anda harus membayar sekira 20 juta untuk buku 200-an halaman di percetakan konvensional karena memakai kelipatan 1000 eksemplar. Gawatnya, semua biaya itu belum tentu balik modal karena buku terkena kutukan pasar: tak laku.
Menurut saya, inovasi POD sangat menguntungkan penerbit. Bayangkan saja, buku yang belum diketahui potensi pasarnya dapat dicetak dengan jumlah terbatas dulu. Jika pasar menerima dan buku itu laris, maka penerbit bisa mencetak dalam jumlah besar. Sedangkan buku-buku yang sudah dilempar ke pasaran dan mengalami cetak ulang, juga bisa dicetak sesuai permintaan pasar saja, tak perlu berlebih.
Jadi, penerbit tak perlu risau dengan kelebihan stok buku retur dari toko. Hal ini tak bisa dilakukan dengan sistem konvensional ketika buku dicetak dan dilempar ke pasaran secara gambling. Akibatnya, penerbit sering repot menambah gudang karena buku-buku yang tak terjual menggunung.
Keuntungan lain, penerbit bisa mencetak lebih banyak judul buku sehingga produksinya lebih variatif. Tak perlu khawatir buku akan menumpuk di gudang. Tinggal cetak saja dalam jumlah terbatas, sesuai permintaan. Kabar yang tentu menggembirakan bagi penerbit. Pun demikian bagi para pecinta buku, kutu buku. Semakin banyak buku diproduksi artinya semakin banyak ragam bacaan tersedia.
Keuntungan lain tentu saja kepada warga yang ingin menikmati rasanya memiliki buku yang ditulis sendiri. Sistem cetak POD memungkinkan naskah apa pun sekarang bisa diterbitkan menjadi buku. Misal, catatan harian yang remeh dan getir, atau kumpulan coretan puisi sentimentil, cerita guyonan, catatan reuni, kenangan pesta pernikahan, bahkan resep masakan keluarga. Apa saja, jika mau, bisa kok diterbitkan. Ketik saja dengan rapi, beri ilustrasi sampul, simpan dalam format PDF, bawa ke penyedia jasa POD, dan jadilah buku.
Artinya, sistem POD membuka pintu lebar-lebar bagi penulis untuk menentukan sendiri nasib tulisannya. Naskah yang sudah berkali-kali ditolak, yang membuat sakit hati dan “kesumat”, cetak saja sendiri. Lalu pasarkan sendiri juga dengan cara indie/mandiri. Titipkan ke bebebrapa pedagang atau toko buku. Kalau mau sedikit kreatif, bisa titipkan di tempat-tempat yang tak lazim, seperti cafĂ©, taxi, warnet, dan lain-lain. Atau pasarkan saja secara on line.
Tak perlu lagi bergantung pada penerbit yang sudah mapan. Penulis menjadi pemegang kendali utuh atas naskahnya. Mau diapakan dan dibagaimanakan, semua terserah si empunya buku. Penulis pun dapat mengontrol arus penjualan. Jadi tak perlu cemas dengan kebiasaan penerbit yang kerap tak jujur soal oplah buku terjual.
Demikian sederhana, mudah, dan murah. Inovasi teknik cetak yang membawa revolusi besar bagi dunia buku. Terutama sekali menjadi jalan baru bagi penulis dan penerbitan. (Diana AV Sasa)
*. Artikel ini di ambil dari www.indonesiabuku.com 

25 Nov 2012

Membongkar Self-Publishing

“Penghujung tahun 1990-an saya begitu terkompori oleh Dan Poynter lewat bukunya The Self-Publishing Manual. Lalu, awal 2000-an saya mendirikan Bunaya untuk menerbitkan buku berjudul Menggagas Buku. Saya menulisnya, mengeditnya, dan menataletaknya secara mandiri. Lalu, saya menghubungi seorang teman desainer untuk membuatkan cover. Saya cetak di sebuah percetakan sepanjang Pagarsih (Bandung) yang merupakan sentra percetakan skala kecil. Kredit termin 3 bulan pun dikucurkan untuk buku perdana itu. Lalu, saya runtang runtung memasukkan buku ke distributor dan toko-toko buku. Buku saya mengalami cetak ulang kedua. Namun, Bunaya tak bertahan lama karena akhirnya didera masalah keuangan disebabkan penagihan yang gagal total….” (Bambang Trim)
Saya belajar banyak dari pengalaman ini. Indonesia memang bukan Amerika–tempat Dan Poynter besar sebagai self-publisher. Saya makin mengkaji lagi setelah membaca hasil riset doktoral Shum FP yang diterbitkan dengan judul Publish It Yourself: Is Self-Publishng The Option for You?. Menarik bahwa Shum melakukan riset ini untuk meluruskan salah tafsir soal self-publishing dan menguatkan para penulis untuk dapat membuat keputusan tepat soal self-publishing.
Definisi sebenarnya dari self-publishing adalah ketika seorang penulis memutuskan menerbitkan sendiri naskahnya (bahkan mengedit dan menataletaknya sendiri), lalu menggunakan jasa penerbitan dengan kontrol penuh sebagai klien, dan bernegosiasi langsung dengan percetakan. Ia mengontrol secara lengkap semua proses penerbitan, percetakan, dan pemasaran. Ia menginvestasikan waktu dan uangnya hingga memperoleh imbalan lebih besar daripada menerbitkan melalui jalur konvensional penerbitan biasa.
Dengan potensi jumlah penduduk yang besar, kemudian terpisah oleh banyak pulau besar, Indonesia memungkinkan bertumbuh dan berkembangnya self-publisher. Memang ada yang salah kaprah bahwa self-publisher dianggap sebagai ‘bikin penerbit sendiri’. Alhasil, yang mengaku self-publisher itu malah menerbitkan karya-karya orang lain dengan melakukan akuisisi naskah. Padahal, mungkin yang dimaksud small publisher.
Soal ini, sebagai pembuka telah saya jelaskan secara menggebu pada “Training Menggebrak Dunia Penulisan dan Penerbitan Buku Anak II” yang diselenggarakan Dixigraf bersama Salam Learning Center. Minggu depan pada 12 Desember dalam Sesi Cergas, soal ini akan dibahas lebih detail untuk memberikan pemahaman komprehensif soal self-publishing.
Baiknya saya kutipkan tulisan Dan Poynter dalam pengantar buku Shum:
“Self-publishing adalah bisnis yang bagus. Menulis buku adalah kerja kreatif; menjual buku adalah sebuah bisnis. Beberapa orang dapat melakukan keduanya sementara yang lain lebih kreatif dalam soal bisnis. Anda harus menanyakan apakah Anda ingin menjadi seorang penerbit. Jika Anda menginvestasikan uang dalam naskah Anda, Anda dapat membuat lebih banyak daripada apa yang akan Anda dapatkan dari sebuah penerbit; hampir 40% dari harga brutto. Mengapa menerima 6 persen sampai 10 persen royalti ketika Anda dapat menerima lebih banyak lagi? Mengapa berbagi keuntungan?”
Ini betul-betul kompor Dan Poynter. Saya coba analisis dalam rugi laba sebuah penerbit yang dijalankan sendiri. Dengan asumsi kerja sama lewat jalur distributor skala nasional yang mengharapkan diskon 50-55% maka betullah bahwa sebuah self-publisher dapat menikmati margin 15-25% jikalau ia dapat mengelola: 1) biaya editorial buku; 2) biaya produksi cetak buku; 3) biaya promosi; 4) harga jual buku. Tiga faktor penting lain untuk menghasilkan sukses dalam penjualan adalah 1) content (isi buku); 2) context (kemasan buku: cover dan judul); 3) harga yang tangguh.
Self-publishing juga dapat menghemat begitu banyak waktu. Bayangkan, sebuah penerbit dapat memproses penerbitan sebuah naskah dengan jadwal terencana paling cepat 3 bulan. Self-publisher lebih ngebut dari itu. Penulisan naskah sebuah buku anak bergambar (picture book) dapat diselesaikan dalam 1 hari; ilustrasi dan layout buku dapat dikejar dalam 5 hari; proses dummy 1 hari; dan cetak serta finishing 5 hari. Total produksi kurang dari dua minggu. Lalu, kirim ke sebuah distributor skala nasional 1 hari; spreading wilayah Jakarta 3 hari; spreading pulau Jawa 5 hari; spreading luar Jawa 7 hari. Total distribusi dan spreading nasional: 1 + 7 = 8 hari (simultan). Kurang dari sebulan buku Anda sudah selling-in dan dalam rentang 2 bulan kemudian Anda sudah dapat menerima hasil. Semakin produktif Anda menerbitkan judul buku sendiri maka Anda pun akan menikmati hasil semakin besar.
Tapi, jangan terus terlena dengan mimpi indah self-publishing. Ini benar-benar ujian entrepreneurship: siap gagal dan siap bangkrut! Karena itu, saya menyarankan gunakan ‘uang dingin’ untuk bisnis self-publishing, hindarkan uang pinjaman. Sebuah buku anak bergambar 24 halaman (full color) memerlukan ongkos penerbitan tidak kurang dari Rp9-10 juta untuk 3.000 eksemplar.
Apakah bisa dikurangi? Anda dapat menurunkan tiras ke 2.000 cuma akan berimplikasi pada harga buku. Anda pun bisa menurunkan spesifikasi produk, cuma akan berimplikasi pada kualitas fisik buku.
Di sini Anda perlu jeli menangkap peluang buku yang paling dibutuhkan dan diinginkan pembaca sasaran. Kedua, Anda perlu jeli memilih mitra distributor yang memiliki reputasi, sistem informasi berbasis IT, dan juga jaringan nasional. Sekitar 45% market share buku umum ada di Jakarta dan urutan selanjutnya ada di kota-kota, seperti Surabaya, Medan, Pekanbaru, Jogja-Solo, dan Makassar. Jika Anda fokus di Jakarta saja, paling tidak Anda punya peluang lumayan bagus. Ketiga, Anda perlu jeli memilih mitra percetakan yang dapat memberikan skim kredit pembayaran dan tentunya dengan kualitas baik.
Beberapa Persiapan Penting Self-Publisher
Sekali lagi yang perlu Anda pikirkan sebelum memutuskan sebagai self-publisher adalah planning!
Apa planning Anda?
  1. Persiapkan analisis naskah dihubungkan dengan kecenderungan dan tren, termasuk keinginan dan kebutuhan pembaca sasaran. Apakah buku Anda memiliki captive market di sekolah, komunitas, ataupun sebuah perkumpulan profesi?
  2. Persiapkan alat kerja seperti komputer PC/laptop/notebook dengan kapasitas memori dan hardisk yang memadai, printer laser, scanner, faks, dan kamera digital.
  3. Persiapkan referensi standar untuk penulisan Anda berupa kamus dan ensiklopedia, termasuk akses internet untuk mengunduh berbagai data. Internet juga berguna untuk komunikasi dan menerima data dari distributor ataupun mengecek persebaran buku kita di on-line book store. Selain itu, internet juga bermanfaat sebagai sarana promosi serta penjualan langsung.
  4. Pada umumnya self-publisher tidak memerlukan gudang untuk menyimpan buku karena biasanya buku dari percetakan dapat dikirim langsung ke gudang distributor. Namun, tidak ada salahnya mengantisipasi retur buku atau mempersiapkan stok buku untuk keperluan direct selling sehingga Anda memerlukan tempat penyimpanan buku.
  5. Persiapkan data administrasi yang sederhana berbasis excel karena semua kontrol produk, promosi, dan marketing ada di tangan Anda.
  6. Persiapkan presentasi dalam format power point dan juga butir-butir isi buku untuk keperluan talk show, bedah buku, ataupun peluncuran buku yang mungkin harus Anda lakukan.
  7. Kalau Anda mengerti keuangan itu lebih baik. Kalau tidak, sewa seorang akuntan untuk menyusun proyeksi rugi laba, neraca, dan cash-flow penerbitan Anda. Percayalah bahwa hal ini sangat sederhana dan bukan sesuatu yang rumit untuk mengontrol satu-dua buku.
  8. Anda ingin tahu lebih banyak…?
    Memang sayang ketika Anda tidak dapat mengikuti training yang diselenggarakan Dixigraf pada 12 Desember 2009. Namun, Anda bisa mengontak Dixigraf Publishing Service untuk konsultasi penerbitan di 022-5206640; www.dixigraf.com.
    *) catatan kreativitas Bambang Trimdi salin dari Catatan di facebooknya
    *) artikel di ambil dari website www.indonesiabuku.com 

Self Publishing Diandra Creative



Online Self Publishing Diandra Creative


Self publishing atau penerbitan indie merupakan penerbit yang dimana penulis bisa menerbitkan naskahnya sendiri (bahkan mengedit dan meletakkannya sendiri), lalu menggunakan jasa penerbitan dengan kontrol penuh sebagai klien dan bernegoisasi langsung dengan percetakan.Ia mengontrol secara lengkap semua proses penerbitan, percetakan dan pemasaran. Ia menginvestasikan waktu dan uangnya hingga memperoleh imbalan lebih besar daripada menerbitkan menlalui jalur mayor.
Kami Diandra Creative kelompok Diandra Group yang sudah berpengalaman lebih dri 7 tahun di dunia perbukuan dan tenaga-tenaga muda yang inovatif dan keratif hadir sebagai penerbit berbasis self atau indie guna memfasilitasi para penulis dan siapa saja yang ingin membukukan karyanya dalam bentuk buku.Dengan harapan hasil akhir karyanya anda siap untuk dipasarkan ke masyarakat sesuai idealisme dari penulis dengan kualitas yang layak dan bagus.
Jasa yang kami berikan adalah memberikan kepuasan yang lebih kepada penulis dengan cara yang sangat mudah dan harga cetak yang sangat murah bahkan kami juga memberikan fasiltas gratis untuk menerbitkan karya anda. Selain itu kami akan memberikan layanan konsultasi gratis baik secara online maupun offline, sehingga proses para penulis dalam membukan karyanya bisa lebih maksimal dan buku bisa mempunyai daya jual tinggi dipasar. Falitas lainnya kami juga menyediakan jasa editing, layouting, desain grafis alias pra cetak cetak print on demand, converting e-pub (eletronik publishing) sampai ke pemasaran baik online (social nerwork, online book store) maupun offline (bazar, pameran nasional, katalog) bentuk buku cetak maupun digital, proyek pengadaan buku, serta diskusi bedah karya yang kami selenggarakan. Menjadi istimewa lagi kami adalah kami adalah salah satu Anggota IKAPI, dimana produk yang anda terbitkan melalui label self publishing kami sudah di akui oleh konsorsium sebagai buku profesional yang layak di konsumsi publik dan mempunyai kesempatan ikut lelang proyek pengadaan di berbagai macam intansi rekanan kami.
Tentang Kami: Diandra Creative merupakan anak dari kelompok Diandra Group perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan buku mayor, distributor buku nasional, percetakan, online book store yang berdiri sejak tahun 2005. Perusahaan yang digagas oleh anak muda yang kreatif dan inovatif, sehingga kami bisa melahirkan berbagai karya yang bisa dinikmati oleh khalayak masyarakat umum.
Semboyan kami “Bermitra dengan kualitas prima, berbisnis dengan Etika” menjadi dasar kami dalam melangkah membuat jasa layanan yang benar-benar berkualita prima, dengan tetap kami memperhatikan kolidor etika dalam berbisnis.Tidak banyak perusahaan yang menggunakan unsur etika dalam platform gagasannya, tapi kami dengan semangat ingin berkarya untuk Indonesia, kami membuat itu menjadi nyata.
Kami berpengalaman di bidang penerbitan, pendistribusian buku, bazar, pameran, event baik kampus maupun komunitas, online store dengan rekanan yang banyak. Kehadiran kami sebagai lini baru Self Publishing dengan semangat bahwa semua warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama dalam mempublish karyanya. Maka itu kami hadir tidak hanya sebagai mayor label dalam penerbitan, kami merambah ke indie label, karena kami sadar bahwa kemampuan terbitan mayor kami perbulan yang terbatas  sehingga tidak bisa memberikan ruang banyak bagi para penulis untuk berkesempatan karyanya dibukukan.
Dengan dasar itu kami membuat devisi yang bisa dimanfaatkan oleh para penulis dalam berkarya dan mempublish bukunya dengan sistem yang sangat mudah dan lengkap.  Harapan besar kami karya-karya anak negeri mulai pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, karyawan, guru, dosen, pejabat, pedagang, petani dan lain-lain mempunyai kesempatan menelurkan ide karyanya dalam sebuah buku yang bisa bermanfaat buat penulis dan masyarakat umum.